Luka itu mulai menggumpal.
Sebuah grafiti dari goresan coretan rasa.
“Kau masih teka teki, tak ku tahu sedalam itu luka-mu,”
Katamu dan tertusuk lagi liang luka.
“Ah, itu bukan apa apa,” kata-ku sambil
mengulum bulat bulat deritaku.
Sepanjang jalan di Tarvel itu.
Kau menangis, aku meringis.
Kita saling menggenggam rindu.
Saling tertikam pilu.
Rengat, 17032009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar