Minggu, 01 November 2009

Sebuah catatan disaat gerimis ingin mengakhiri kisahnya

Jalan yang baru kulalui seperti dejavu.
Inikah re-inkarnasi pada kematian hidup.
Kembali pada jalan jalan baru.
Sebuah cerita yang dengan terpaksa harus kembali di-eja.
Menuliskan lagi detil detil kisah pada secarik rindu yang ning.
Menghitung helai helai gerimis yang turun disaat luka mulai mengering.
Tapi pada saatnya nanti, ketika kekasih menyatu kembali dengan ruh-Nya.
Ada kalimat yang utuh, setelah huruf huruf yang hilang kembali pulang.
Apapun yang terjadi, Aku, akan menantikan waktu itu.

31102009.

2 komentar:

goresan pena mengatakan...

mau kuberi tahu satu hal, teman?
sajak ini indah. sungguh!

---
setahuku, tidak pernah ada waktu selalu berjalan lurus. tetapi mengapa selalu kutemui persamaan itu? ibarat berdiri di sebuah percabangan sebuah jalan. keduanya menarik, keduanya pernah dijalani. masing-masing bertuliskan. "menunggu" dan "mencari"

salam,
hesra

M Fathra Nazrul I mengatakan...

malam hesra, terimakasih sudah kembali mengunjungi lapaukopi ini, jarang jarang ada tamu akhir2 ini, mungkin karena letaknya jauh dari keramaian :)

oya, kupasannya aku suka, tentang menunggu dan mencari; hmm.. dua duanya sama didasari atas keinginan...

salam hangat dari Riau
ruli