Rabu, 30 Januari 2008

Dialog Jiwa

hei
kenapa kau mendusta dan tak mau bicara
kau hanya tatapi daun-daun ranggai
di kering ranting
dari dahanmu yang menjulai melambai
tersirat segala kekhawatiran di jiwa

kenapa tak kau paparkan saja apa adanya dirimu
kabarkan pada keangkuhan, kesombongan
biar terkesima mereka
dan laru-melaru menuju pertaubatan
atau Jangan-jangan kau tak peduli
dan berdiam diri menatap segala yang terjadi
hingga datang waktunya

hei
berapa lama lagi akan kau tinggali dangau ini
sedangkan kau hanya diam menatap atap
yang tak lagi melindungi

hakekat kita sama dan sudah digariskan
ketakutan kita pun tak jauh beda
namun bagaimana aku bisa bercerita
tentang perasaan yang kurasakan
tentang kecemasan, kegelisahan..
dan rasanya ingin kukoyak dada ini
biar tertumpah segala
hal yang berkecamuk di dalamnya

mungkin semua ini tak dirasakan oleh anak-anakmu
atau mungkin mereka sedang terlena
lupa akan hakekat mereka
dan mereka menganggap ini semua
kegilaan semata

mimpi itu datang lagi padaku dalam nyata
dan masa yang tinggal tak seberapa
di suatu malam yang penuh makna
getarkan jiwa, aliran darahku kaku
membawaku terduduk dalam khusuk
di atas sebidang tanah
dan akan binasa

Jogja, 2004-2006

Tidak ada komentar: